Book Review: Novel 'Marriageable' by Riri Sardjono



Judul : Marriageable
Penulis : Riri Sardjono
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 368 hlm
Harga : Rp. 49.000


Sinopsis

Namaku Flory. Usia mendekati tiga puluh dua. Status? Tentu saja single! Karena itu Mamz memutuskan mencarikan Datuk Maringgi abad modern untukku.

"Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belom kawin?!"

"Karena elo punya kantong rahim, Darling,” jawab Dina kalem. “Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date."

"Yeah," sahutku sinis. "Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama."

Mamz pikir aku belum menikah karena nasibku yang buruk. Dan kalau beliau tidak segera bertindak, maka nasibku akan semakin memburuk. Tapi Mamz lupa bertanya apa alasanku hingga belum tergerak untuk melangkah ke arah sana.

Alasanku simpel. Karena Mamz dan Papz bukan pasangan Huxtable. Mungkin jauh di dalam hatinya, mereka menyesali keputusannya untuk menikah. Atau paling tidak, menyesali pilihannya. Seperti Dina, sahabatku.

"Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?!"

Dina tergelak mendengarnya. "Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!"

See??

"Oh my God!" desah Kika ngeri. "Pernikahan adalah waktu yang terlalu lama untuk cinta!"

Yup!

That’s my reason, Darling!


Awal gue tau novel ini agak kurang meyakinkan. Karena gue kurang begitu suka cerita tentang pernikahan, karena gue sendiri belum nikah. Hingga suatu hari gue memutuskan untuk meminjam novel ini dari teman gue. Karena koleksi bacaan gue sudah menjurus ke pernikahan juga. So, apa salahnya baca-baca tentang hal pernikahan.

Flory 32 tahun, Arsitek, dan masih single. Sedangkan Vadin awal 30 tahunan, Pengacara, dan juga masih single. Hingga akhirnya status mereka berubah karena perjodohan dari orang tua masing-masing. Flory yang tidak begitu percaya akan cinta, masih bimbang dengan perjodohan ini. Lalu akhirnya Flory memutuskan untuk tetap melanjutkan perjodohan, hingga Vadin dan Flory menikah. Tapi… tapi, Flory punya satu syarat, dia ingin menikah tanpa berhubungan sex, sebelum rasa cinta tumbuh dalam dirinya.

Selama menikah, Flo dan Vadin pisah ranjang dalam satu rumah. Mereka mulai mendekatkan diri dengan mengobrol, menemani Vadin main games, dan melakukan hal-hal bersama. Dan selama itu Flory juga selalu bertanya-tanya kepada teman-temannya apa keputusan dia sudah benar?

Novel ini penuh dengan filosofi dan analogi tentang cinta, pertemanan, lelaki, sebuah hubungan lelaki dan perempuan, perempuan itu sendiri, dan pernikahan. Awalnya agak bosen, karena kebanyakan rumpian cewek-cewek yang selalu menjudge cinta (kasian cinta). Lalu cinta perlahan-lahan muncul diantara kedua-duanya. Karena sang cowok punya cara sendiri untuk mencintai si cewek. Dan si cewek juga masih takut dengan namanya cinta, jadi sempat complicated gitu. Tapi, gue selalu tertarik saat Vadin dan Flory ada dalam satu adegan, dibandingkan Flory selalu ngerumpi sama sahabat-sahabatnya.

Disini juga masa lalu dari Flory dan Vadin hadir meramaikan kisah pernikahan mereka. Yang tadinya Flory sudah mau percaya dengan tanda-tanda dari Vadin, akhirnya semakin ragu. Dan… huaa… saya suka bagian Flory menyatakan cinta ke Vadin (oops…sudah merembet ke spoiler)

Pokoknya ceritanya seru. Sebuah kisah pernikahan antara Flory dan Vadin yang tanpa didasari cinta. Hingga keduanya sadar kalau pernikahan adalah bukan suatu hal yang harus kamu dapatkan, tetapi kamu lakukan. Pernikahan adalah cara bagaimana kamu mencintai orang tersebut setiap hari. Mulai dari bangun pagi bersamamu, hingga menghabiskan malam di pelukanmu.



Komentar

Postingan Populer